Trubus 476
November 2007.
Ketika Salwa Tak Cuci Darah
Ini
hasil riset yang mencengangkan: 20 juta penduduk Indonesia membawa
penyakit talasemia. Mereka berpeluang mewariskan penyakit kelainan
darah itu kepada keturunannya. Pasangan Tarkiman dan Siti Maryati di
Cianjur, Jawa Barat misalnya, menurunkan penyakit itu kepada buah hati
mereka, Salwa Wijaya.
Salwa Wijaya (3 tahun) tak
seperti bocah seusianya yang tengah lucu-lucunya. Tubuh sulung 2
bersaudara itu kurus kering. Suhu tinggi kerap menghampirinya
Pertumbuhannya juga lambat. Ia baru dapat berjalan ketika usianya 2,5
tahun. Pada tahap itu Siti Maryati tak curiga bahwa anaknya mengidap
talasemia. Ia hanya menduga anaknya kurus kering lantaran enggan makan.
Ketika
benjolan seukuran buah kedondong muncul di pinggang kiri perempuan
itu, Siti bergegas ke dokter. Hasil diagnosis dokter, Salwa kelelahan.
Siti tak puas atas diagnosis itu sehinga mendatangi dokter kedua. Ahli
medis itu menyarankan agar Salwa menjalani tes darah. Ketika itu kulit
Salwa pucat, perut membuncit, dan urine lebih gelap. Misteri itu
terpecahkan di Rumahsakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Bocah kelahiran 5
Februari 1997 itu postif talasemia.
Benjolan di pinggang itu
ternyata limpa yang membengkak. Organ itu membesar lantaran tak dapat
menjalankan fungsinya membersihkan darah. Dokter mengatakan belum ada
penawar alias obat talasemia. ”hanya transfusi darah penyambung
hidupnya,” kata Tarkiman mengulangi pernyataan dokter. Dua minggu
sekali, Salwa harus menjalani transfusi sebanyak 2-3 kantong darah.
Transfusi
Di
dalam tubuh pasien talasemia terjadi perubahan atau mutasi gen pembawa
kode genetik untuk pembuatan hemoglobin. Akibatnya, kualitas sel darah
merah tidak baik dan gagal bertahan hidup lama. Pasien talasemia mesti
menjalani transfusi untuk meningkatkan kadar hemoglobin dalam tubuh.
Tugas hemoglobin berfungsi mengikat dan membawa oksigen ke seluruh
tubuh.
Kadar hemoglobin dalam tubuh
rendah menyebabkan kelelahan, bahkan pingsan. Karena lama merawat
Salwa, Siti akhirnya mengetahui kapan Salwa mesti mesti menjalani
transfusi darah.”Tanda-tanda Salawa harus ditransfusi darah, bibirnya
putih pucat, mimisan, lemas lunglai, dan tonjolan membengkak di
pinggangnya,” kata Siti. Saat itu, kadar hemoglobin dalam darah Salwa
hanya 6, kadar normal 12-16.
Setelah
transfusi, hemoglobin hanya meningkat 1 angka, menjadi 7. Itu sebabnya
tubuh Salwa masih tetap lemah. ”Saya hampir tak pernah mengikuti
pelajaran olahraga,” kata Salwa yang kini berusia 10 tahun.
Titik
terang tentang kesembuhan datang pada Mei 2007. Saat itu seorang
perawat di RSU Cianjur menceritakan ekstrak teripang untuk membantu
mengatasi penderitaan anaknya.
Semula Tarkiman enggan
memberikan ekstrak itu, karena tidak yakin bisa menyembuhkan penyakit
Salwa. Maklum, sebelumnya ia mencoba berbagai suplemen kesehatan
anjuran rekan-rekannya, tetapi tetap gagal. ”Semuanya sudah dicoba,
mulai dari jamu-jamuan sampai dengan pengobatan alternatif dengan
mediasi, semuanya gagal,” kata Tarkiman.
Genetik
Suatu
ketika pikiran Tarkiman berubah: tak ada salahnya untuk mencoba.
Cairan kental itu dikonsumsi Salwa 2 kali satu sendok makan sehari.
Dosis itu ditambah dengan 5 butir spirulina 2 kali sehari. Pekan
pertama, Salwa tak lagi demam. Tiga pekan kemudian, hasil laboratorium
menunjukkan kadar hemoglobin Salwan melonjak ke angka 10. Artinya,
kesehatan Salwa berangsur normal.
Setelah 3 bulan mengkonsumsi,
frekwensi transfusi darah berkurang dari 2 kali per bulan masing-masing
2-3 kantong menjadi 1 kali sebulan hanya 1 kantong. Walau begitu,
kadar hemoglobin tetap ajek di atas angka 10. Bobot tubuh meningkat
menjadi 28 kg, sebelumnya 20kg. Pun, limpa Salwa kini tak pernah
membengkak. Perubahan itu menggembirakan keluarga Tarkiman.
Menurut ketua Pusat Talasemia
Indonesia, Prof. Dr. Iskandar Wahidijat SpA(K), talasemia adalah suatu
penyakit genetik yang diturunkan dari kedua orang tua. Kedua orang tua
secara klinis boleh saja terlihat sehat, walau sebetulnya salah satu
gen-nya pembawa sifat penyakit itu. Nah, bila kedua gen itu bertemu,
maka anak mereka akan mengidap talasemia. Hidup anak bergantung pada
transfusi darah, karena umur sel darah merahnya tidak panjang, hanya
1-2 bulan, normalnya 3-4 bulan.
Glukosaminoglikan
Lalu,
soal ekstrak teripang mengatasi talasemia? Itu bukan kebetulan belaka.
Paulo Antonio de Souza Morao dari Fakultas Biomedika, Universidade
Federal Rio de Jeneiro Brazil, membuktikannya. Menurut Paulo,
glukosaminoglikan dalam teripang mampu mengatasi tulang rapuh pada
penderita talasemia mayor. Senyawa itu berefek memperbaiki aliran darah
dan melancarkan cairan yang tersumbat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar